Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (Diknas)
kembali menggelar pemutaran film Kita versus Korupsi (KvsK) untuk ketiga kalinya.
Sebanyak 120 guru dan kepala sekolah dari 16 provinsi di seluruh Indonesia
nonton bareng (nobar) film KvsK di Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, Jakarta
Timur, Rabu (30/5).
Pemutaran film diselenggarakan dalam rangka Workshop Bantuan
Sosial Sarana dan Prasarana SMA Tahun 2012. Sebelumnya, acara serupa digelar di
Hotel Safari Garden, Bogor, Rabu (9/5) dan Hotel Mega Anggrek, Jakarta Barat, Rabu
(23/5).
Hadir sebagai nara sumber Fungsional Direktorat Pendidikan
dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Irawati, pemain film KvsK Nicholas Saputra dan Teuku Rifnu Winaka.
Dalam diskusi usai pemutaran film, Irawati menyatakan film
KvsK merupakan film open closing, yang bertujuan mengajak berfikir masyarakat yang
menontonnya. Jadi, bukan merupakan film yang menggurui atas kasus-kasus besar yang
sedang terjadi.
“Film ini juga sebagai alat untuk mengajak masyarakat
berkreatifitas dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran/kebaikan melalui film,”jelasnya.
Tanggung Jawab Warga Negara
Hal menarik diungkapkan Nico, panggilan akrab Nicholas
Saputra. Menurut Nico, keterlibatannya di film KvsK lebih karena tanggung
jawabnya sebagai warga negara Indonesia. Setiap warga Indonesia, lanjutnya,
wajib berpartisipasi dalam segala hal demi membuat Indonesia menjadi lebih baik,
termasuk dalam usaha melawan korupsi.
“Jadi ketika saya ditawari untuk main film ini saya langsung
tertarik untuk berpartisipasi,”ujarnya.
Sedangkan Teuku Rifnu memaparkan tujuan film KvsK adalah untuk
memutus rantai perbuatan korupsi, dimana bisa dimulai dari rumah kita sendiri. “Seperti
digambarkan dalam film ke-4 dimana kebohongan dilakukan secara turun temurun
dari anak, orang tua dan atasan,”paparnya.
Kepala Sub Direktorat Kelembagaan Diknas Suharlan menyatakan sepakat dan meminta rekan-rekannya di Diknas untuk memulai apa yang bisa dilakukan dalam upaya pemberantasan korupsi. “Kita semua tahu krisis multi dimensi sudah terjadi di Indonesia. Kalau bukan sekarang lalu kapan lagi kita akan membenahi diri dan bangsa ini,” kata Suharlan. (Nur Fajrin/RSD)
Kepala Sub Direktorat Kelembagaan Diknas Suharlan menyatakan sepakat dan meminta rekan-rekannya di Diknas untuk memulai apa yang bisa dilakukan dalam upaya pemberantasan korupsi. “Kita semua tahu krisis multi dimensi sudah terjadi di Indonesia. Kalau bukan sekarang lalu kapan lagi kita akan membenahi diri dan bangsa ini,” kata Suharlan. (Nur Fajrin/RSD)
0 komentar:
Posting Komentar