Di tengah banyaknya kritik terhadap perfilman di Indonesia,
film Kita Versus Korupsi (KvsK) memberikan warna yang berbeda di tengah
masyarakat. Menurut Direktur Utama (Dirut) Pertamina Karen Agustiawan, selama
ini banyak produk film yang dibuat asal jadi dengan konten film yang kurang
baik. Tapi di KvsK berbeda, bukan hanya beda dari aspek teknis film, tapi juga
dari aspek konten.
“Saya sangat bangga ketika KvsK berada ditengah masyarakat,”
ujarnya saat memberi sambutan sesaat sebelum pemutaran film KvsK di Theatre 1 XXI
Epicentrum, Jalan HR Rasuna Sahid, Kuningan, Jakarta, Rabu (2/5).
Acara nobar KvsK diselenggarakan oleh PT Pertamina dan
dihadiri sekitar 2000 penonton, diantaranya karyawan Pertamina, mahasiswa
Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma, Universitas Negeri Jakarta dan
pelajar MAN 3 Jakarta.
Karen berharap film KvsK menjadi media kampanye yang efektif
dalam rangka kampanye antikorupsi. Pertamina sendiri tengah bekerja sama dengan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam upaya pencegahan korupsi di lingkungan
Pertamina. “Kita ingin Pertamina menjadi role model sebagai BUMN anti korupsi,”tegasnya.
Dalam kesempatan ini, Ketua KPK Abraham Samad menyatakan perilaku korupsi masih terus menghantui masyarakat. Sehingga diperlukan kiat-kiat atau metode-metode pencegahannya. “Bagaimana kita bisa merubah paradigma di masyarakat tentang perilaku koruptif. Kejahatan korupsi itu sudah menyebar.Korupsi itu ibarat virus, oleh karenanya kita harus sebarkan virus-virus anti korupsi di masyarakat,”jelasnya.
Sementara itu Sekretaris Jenderal (Sekjen) Transparency International Indonesia (TII) Teten Masduki lebih menyorot proses produksi film Kvsk yang digagas oleh TII dan para sineas muda. “Kita pilih film sebagai media pendidikan di masyarakat. Selama ini kita selalu menyalahkan pemerintah, birokrasi, dan lain-lain. Namun kita lupa korupsi terus diproduksi di masyarakat,”ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Ketua KPK Abraham Samad menyatakan perilaku korupsi masih terus menghantui masyarakat. Sehingga diperlukan kiat-kiat atau metode-metode pencegahannya. “Bagaimana kita bisa merubah paradigma di masyarakat tentang perilaku koruptif. Kejahatan korupsi itu sudah menyebar.Korupsi itu ibarat virus, oleh karenanya kita harus sebarkan virus-virus anti korupsi di masyarakat,”jelasnya.
Sementara itu Sekretaris Jenderal (Sekjen) Transparency International Indonesia (TII) Teten Masduki lebih menyorot proses produksi film Kvsk yang digagas oleh TII dan para sineas muda. “Kita pilih film sebagai media pendidikan di masyarakat. Selama ini kita selalu menyalahkan pemerintah, birokrasi, dan lain-lain. Namun kita lupa korupsi terus diproduksi di masyarakat,”ujarnya.
Selain nobar, acara diselingi penyematan pin untuk kalangan
anak muda sebagai simbolisasi gerakan antikorupsi dikalangan anak muda.
(TL/RSD)
0 komentar:
Posting Komentar