Jargon ”lebih baik mencegah daripada mengobati” tidak hanya
berlaku di dunia medis. Jargon itu juga berlaku dalam pemberantasan korupsi.
Tidak mungkin menghadapi kasus korupsi yang sudah sedemikian banyak, Komisi
Pemberantasan Korupsi tak mengedepankan upaya pencegahan dengan pendekatan
baru.
”Sosialisasi lewat seminar, pasang poster, dan jargon
antikorupsi sudah terasa membosankan bagi masyarakat. Kami mencoba media baru,
lewat film. Bukan film yang menceritakan tentang kasus besar, melainkan yang
mengetuk kesadaran masyarakat. Kami berharap masyarakat terinspirasi dan
mengubah pola pikir dan perilakunya untuk menghindari korupsi dalam kehidupan
sehari-hari,” kata Indraza Marzuki dari Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat KPK di sela-sela diskusi ”Masa Depan Pencegahan dan Penanganan
Korupsi” di Balai Muhammadiyah, Solo, Senin (30/4) pekan silam.
Sebagai negara kaya yang ditandai sebagai pengekspor 20
persen gas alam dunia, penghasil emas nomor delapan dunia, penghasil cengkeh
nomor satu dunia, pendapatan per kapita Indonesia hanya 4.205 dollar Amerika
Serikat. Pendapatan itu di bawah Botswana sekitar 13.000 dolar AS. Pada
Februari 2012, utang Indonesia Rp 1.844,96 triliun yang berarti setiap warga
Indonesia mewarisi utang Rp 7,096 juta. ”Ini semua karena korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN),” kata Indraza.
Indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia nomor 100 dengan
nilai 3,0 dari skala 10 di antara 183 negara. Ini pun dinilai baru dari aspek
pelayanan publik. Lagi-lagi, kata Communication Officer Transparency
International Indonesia (TII) Dwipoto Kusumo, penyebabnya adalah KKN.
Sebelumnya, seusai pemutaran Kita
Vs Korupsi di Studio Film XXI Solo Square, Sekretaris Jenderal TII
Teten Masduki mengatakan, dengan menggunakan pendekatan budaya pop berupa film,
diharapkan internalisasi nilai-nilai kejujuran dan integritas dapat lebih cepat
terjadi. Film yang menelan biaya produksi Rp 1,2 miliar itu akan diedarkan
versi cakram padatnya pada Juli mendatang.
Menurut Indraza, tidak perlu menghilangkan satu generasi
untuk membasmi korupsi. Cukup membekali generasi muda dengan nilai moral yang
luhur. Harapannya ketika tiba gilirannya memegang kendali negeri, mereka akan
mengaplikasikannya dengan nilai-nilai integritas dan kejujuran yang telah
tertanam.
Sumber: Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar