Senin, 28 Mei 2012

GUSDURian Antarkan KvsK untuk Masyarakat Surabaya





Masyarakat Kota Surabaya, Jawa Timur akhirnya bisa menyaksikan film Kita versus Korupsi (KvsK). Club Indonesia Bersih (CIB) bekerja sama GUSDURian, sebuah komunitas pecinta Gus Dur menggelar roadshow KvsK di Surabaya selama tiga hari, Rabu (23/5) sampai Jumat (25/5). Kegiatan roadshow difokuskan pada pemutaran dan diskusi film, kunjungan atau talkshow di media lokal,  dan penandatangan ikrar bersama anti korupsi di form dan spanduk.

Roadshow KvsK kali ini mengangkat tema “Merawat Kejujuran, Menolak dan Melawan Korupsi”. Menurut Koordinator Program GUSDURIan Moehammad Iqbal, tujuan kegiatan pemutaran dan diskusi film KvsK dengan cara menemui langsung masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi publik terhadap pesan anti korupsi yang disampaikan.

“Bagi GusDurian sendiri, pesan perlawanan terhadap korupsi sejalan dengan pemikiran yang dimiliki Gus Dur dalam memerangi korupsi menuju Indonesia yang lebih baik,”jelasnya. 

Di hari pertama roadshow, panitia menggelar serangkaian kunjungan ke media setempat berupa talkshow di radio dan televisi. Diantaranya di Radio Metro Female, Sindo FM, TV 9 dan Jawa Pos Media Televisi (JTV). Hadir sebagi narasumber dari Sekretaris Jenderal Transparency International (TI) Indonesia Teten Masduki, Sutradara Film “Psstt…Jangan Bilang Siapa-Siapa” Chairun Nisa dan Pemain Film “Rumah Perkara” Ranggani Puspandya.

Pemutaran dan diskusi film KvsK mengawali roadshow hari kedua di kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya pukul 10.00. Acara ini dihadiri sebanyak 240 penonton, diantaranya mahasiswa, dosen dan segenap civitas akademika IAIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam sambutannya, Iqbal mengatakan korupsi merupakan musuh bersama dan masyarakat harus berani memutus mata rantai korupsi dari dirinya sendiri. 

Film Mengubah Mindset Masyarakat


Dalam diskusi usai pemutaran film, Teten mengungkapkan beberapa fakta menarik. Menurut Teten, TI Indonesia menggunakan film untuk mengubah mindset masyarakat dalam melihat isu korupsi. “Narasi film punya kekuatan besar,”ungkap Teten.  “Pada saat perang dingin, Amerika memproduksi banyak film Hollywood yang bisa membuat masyarakat internasional anti Rusia. Atau Rambo yang bisa mencitrakan Amerika sebagai pemenang dalam perang dengan Vietnam,”lanjutnya. 

Hal lain yang diceritakan Teten yaitu pada saat dirinya bertemu dengan Gus Dur. Pada saat itu Gus Dur bertanya kepada dirinya mengapa mau melakukan usaha ini dan pergi kepada tokoh agama. Pada saat itu Gus Dur menjawab sendiri “Percuma untuk pergi ke tokoh agama, karena mereka tahu bagaimana bertobat kepada Tuhan bila melakukan korupsi,” terang Teten yang langsung disambut gelak tawa para peserta diskusi. 

Jamil, perwakilan organisasi kepemudaan Surabaya menegaskan tindak pidana korupsi tidak selalu berdasarkan atas kebutuhan dan kewenangan. “Korupsi itu ada juga by greedy, maksudnya dilakukan memang adanya peluang dengan hasrat ingin memperoleh keuntungan,”ujarnya. 

Menurut Jamil, saat ini sudah banyak produk perundang-undangan yang bisa digunakan untuk menjerat pelaku korupsi. Salah satu Undang-undang yang dapat digunakan yaitu UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang mewajibkan dadta-data yang menjadi dokumen publik untuk disampaikan ke masyarakat. “Undang-undang ini juga dijadikan senjata oleh para LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat-red) dan penggiat korupsi untuk memberantas korupsi,”tegasnya.

Komentar pun bermunculan dari para peserta diskusi. M Fakih misalnya, menyatakan film KvsK menampilkan dua tipologi manusia. Yang pertama, orang kaya yang korupsi dan yang kedua orang yang miskin yang masih memiliki idealisme positif. Peserta lain, Mardiah berpendapat demokrasi yang dijalankan pemerintah saat ini mendukung peluang terjadinya praktek korupsi di birokrasi. 

Usai kegiatan di IAIN Sunan Ampel Surabaya, pemutaran dan diskusi dilanjutkan ke Kampoeng Ilmu, sebuah sentra penjualan buku-buku bekas di Jalan Semarang No. 55, Surabaya. Sebanyak 50 penonton hadir, diantaranya komunitas pedagang buku dan warga sekitar. Koordinator Pengelola Kampoeng Ilmu Budhi Santosa mengungkapkan apresiasinya terhadap film KvsK yang bisa menjadi refleksi masyarakat untuk melihat praktek korupsi yang dilakukan dari masing-masing individu.

Kegiatan di hari terakhir roadshow ditutup dengan pemutaran dan diskusi film KvsK di SMPN I Waru dan Studio XXI Surabaya Town Square (Sutos). Sebanyak 150 penonton hadir di Sutos, terdiri dari pelajar, mahasiswa, pejabat pemerintah kota Surabaya, aktivis LSM/penggiat anti korupsi dan masyarakat umum.

Dalam kesempatan ini, Dosen Komunikasi Universitas Airlangga M. Irfan menyatakan film KvsK menggambarkan bahwa korupsi merupakan warisan tradisi yang dimulai dari keluarga kemudian berkembang menjadi lebih besar lagi di pemerintahan. (Amin Shabana/RSD)


0 komentar:

Posting Komentar

 

Kita vs Korupsi Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger