Gereja seharusnya tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah
saja, tetapi juga harus bisa menjadi gerakan sosial seperti gerakan melawan
korupsi. Demikian terangkum dalam Seminar “Gereja Melawan Korupsi” di Sekolah
Tinggi Teologi Immanuel Nusantara, Jalan Wijaya 1, Kebayoran, Jakarta Selatan,
Jumat (11/5).
Seminar yang dihadiri 120 mahasiswa, jemaat gereja, dan para
pendeta ini menghadirkan tiga nara sumber. Masing-masing Sekretaris Umum
Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom, Direktur Lingkar Madani
untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti, dan Dosen Universitas Kristen Indonesia
(UKI) Anti Sulaeman.
Salah satu film Kita versus Korupsi berjudul “Selamat Siang
Risa” karya sutradara Ine Febrianti diputar sebagai pengantar seminar.
Pendeta Gomar menyatakan korupsi di Indonesia sudah sangat
kronis dan menghancurkan proses demokratisasi. “Saya prihatin atas masyarakat
yang belum bisa memilih pemimpin dengan baik. Ini terbukti dengan masyarakat yang
memilih pemimpin daerah mereka yang jelas melakukan korupsi,”kata Gomar.
Ia mencontohkan kasus yang terjadi pada pemilihan kepala
daerah di Tomohon.
Menurut Ray Rangkuti, dalam taraf tertentu masyarakat sudah
berpikir bahwa korupsi itu bukan kejahatan melainkan bagian dari iman.
Oleh karenanya, Anti menegaskan, gereja seharusnya tidak
hanya berperan sebagai tempat ibadah. “Gereja harus bisa berperan dalam gerakan
sosial,”tandasnya. (Sofia Setyorini/RSD)
0 komentar:
Posting Komentar