Jalan di Desa Kenteng, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon,
Solo, Sabtu (28/4) malam lalu di ‘sulap’ jadi tempat tontonan. Di bawah sebuah tenda
sederhana dan beralaskan tikar, sebanyak 150 warga Kenteng nobar film Kita
versus Korupsi (KvsK). Usai menyaksikan film berdurasi 70 menit ini, warga yang
terdiri dari anak-anak, kalangan anak muda dan orang tua ini disuguhi pertunjukkan
Ketoprak Ngampung Balekambang dengan lakon tentang korupsi.
Inilah kegiatan pertama roadshow KvsK di Solo selama empat hari, Sabtu
hingga Selasa (01/5). Acara diselenggarakan oleh Club Indonesia Bersih (CIB)
bekerja sama dengan Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) Surakarta,
mengusung tema “Membangun Kesadaran Publik tentang Bahaya Korupsi”.
Di hari kedua, roadshow dimulai dengan public campaign di kawasan Solo Car
Free Day pada pukul 07.00. Selain promosi pemutaran film, tim panitia
mengadakan ceremony berupa penyerahan sapu untuk menyapu kertas bergambar
wajah-wajah koruptor yang bertebaran di jalanan. Dan juga aksi penandatanganan
anti korupsi di spanduk sepanjang 10 meter. Setidaknya 100 pengunjung dari berbagai
sekolah ikut terlibat dalam kegiatan ini.
Penonton Tersentuh
Pada pukul 10.00, acara dilanjutkan dengan pemutaran dan diskusi film
KvsK di Empire XXI Solo Square. Sebanyak 190 penonton dari berbagai kalangan
hadir. Diantaranya pelajar dan mahasiswa, jajaran birokrasi pemerintahan, budayawan
dan seniman, aktivitis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan penggiat
anti-korupsi serta masyarakat umum.
Dalam sesi diskusi dengan nara sumber Sekretaris Jenderal Transparency International (TI) Indonesia Teten Masduki, produser film KvsK Abduh Azis, sutradara film KvsK Lasja F Susatyo dan pemain film KvsK Teuku Rifnu Wikana, seorang penonton melinangkan air mata. Tantowi, seorang anggota DPRD Boyolali ini dengan terbata-bata menyatakan sangat mengapresiasi film KvsK. “Film ini sangat menyentuh. Saya mengira korupsi itu hanya terjadi di politik, tetapi film ini menampilkan hal yang berbeda. Saya ingin memutar film ini dari desa ke desa,”ungkapnya.
Usai pemutaran film, tim panitia
menggelar konferensi pers dengan media setempat di Hotel Indah Palace. Hadir
sebagai narasumber Lasja F Susatyo dan Teuku Rifnu. Dan malam harinya, giliran film
KvsK diputar di halaman kantor Surat Kabar Harian Joglo Semar, Solo. Sebanyak 130
penonton dari berbagai kalangan hadir, diantaranya mahasiswa, anggota DPRD dan
masyarakat umum.
Diskusi film menghadirkan nara sumber Indraza Marzuki dari Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Abduh Azis, Lasja
F Susatyo, dan Teuku Rifnu Wikana. Seorang anggpta DPRD Boyolali Kasno berpendapat,
undang-undang lah yang mendorong masyarakat untuk berkorupsi. Ia mencontohkan
undang-undang pemilihan kepala daerah. “Jika undang-undang masih seperti
sekarang, jangan harap film ini akan membawa perubahan 30-40 tahun ke depan,”ujarnya.
Salah satu peserta, Setiawan menyatakan film KvsK memberikan pencerahan
dan gambaran dari contoh contoh sederhana yang terjadi di masyarakat. “Kita
sudah dicengkram oleh sistem yang semuanya serba uang. Untuk memutus mata
rantai korupsi, kita harus memulai dari mana? Sebagai PNS, saya ingin melawan
sistem, tetapi jika berjuang sendirian akan ditindas,”kata Setiawan.
Butuh Gerakan Masyarakat
Memasuki hari ketiga roadshow, tim panitia berkunjung ke kantor Solo TV
dan sekaligus melakukan rekaman talk show dengan tema film KvsK dan korupsi.
Hadir sebagai narasumber Indraza Marzuki, Abduh Azis, Lasja F Susatyo, dan Dwipoto
dari TI Indonesia. Kunjungan media lalu dilanjutkan ke Harian Solopos dan talk
show di Solopos FM dengan narasumber Indraza
Marzuki dan Abduh Azis.
Tim panitia selanjutnya menggelar diskusi publik dengan tema “Masa
Depan Penanganan dan Pencegahan Korupsi” di Gedung Muhammadiyah, Solo. Hadir
sebagai narasumber Indraza Marzuki, Dwipoto
Kusumo, Supato dari Polresta Solo, dan Tantowi, anggota DPRD Boyolali. Malam
harinya, di tempat sama, dilakukan pemutaran film KvsK dan dihadiri 67 penonton.
Abduh Azis menyatakan film KvsK bertujuan merenungkan kembali nilai-nilai
yang kita pegang. Ia berharap film ini bisa bicara, meskipun tidak akan menyelesaikan
masalah secara cepat. “Karena film ini tidak bisa berdiri sendiri, maka harus
ada gerakan juga dari masyarakat untuk
melawan korupsi,”katanya pada diskusi usai pemutaran film. Selain Abduh, hadir nara
sumber lain Lasja F Susatyo dan Teuku Rifnu Wikana.
Sebagai pamungkas, pemutaran film KvsK diselenggarakan di Universitas
Muhammadiyah Solo, Selasa (01/05) pada pukul 10.00. Acara ini dihadiri 63 penonton. (SS/RSD)
0 komentar:
Posting Komentar