Masalah korupsi seringkali dihadapkan dengan warisan budaya dari
generasi di atas. Jadi perilaku korupsi dianggap biasa. “Padahal tidak boleh,” kata
Kepala BPMIGAS R. Priyono, usai pemutaran film Kita versus Korupsi di
Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Selasa (8/5).
Meskipun sistemnya sendiri masih awut-awutan, Priyono kukuh
untuk tidak menyerah. Sejak dilantik tahun 2008 lalu, ia langsung membuka
komunikasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tujuannya, supaya BPMIGAS
memperoleh asistensi menjadi badan usaha yang prudent, professional dan transparan.
Selama tiga tahun terahir, BPMIGAS berusaha mengikuti semua Standard
Operational Procedure (SOP) yang diberikan oleh KPK, mulai dari laporan pajak,
laporan kekayaan, whistle blower hingga pendekatan budaya melalui film
Kita versus Korupsi ini.
Berikut cuplikan wawancara Amin Shabana dengan Priyono:
Bagaimana pendapat
Anda mengenai film ini?
Perlu disebarluaskan karena kalau masalah korupsi seperti
dihadapkan dengan budaya peninggalan senior-senior kita. Jadi seringkali
dianggap biasa. Padahalkan tidak boleh. Sistem kitakan masih awut-awutan, tapi
kita jangan menyerah. Dan film ini harus disosialisasikan dalam setiap
kesempatan. Yang penting harus selalu berusaha.
Budaya apa yang
dimaksud?
Sudah cukup lama kita hidup dalam satu era dimana KKN itu
sudah menjadi budaya. Untuk itu BPMIGAS berusaha mengikuti langkah KPK untuk
membuat Negara ini bersih dari korupsi.
Apakah pesan film ini
sendiri menurut Bapak sudah cukup kuat ditampilkan ke publik?
Ya memang itu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan
disekeliling kita. Dan ini yang disebut sebagai warisan budaya dari generasi
yang di atas. Jangan sampai generasi di bawah kita kebawa lagi. Jadi BPMIGAS
mengikuti asistensi dari KPK, jadi kita ikuti saja. Kita tidak punya keahlian
memberantas secara sistematik. Jadi good
governance kita masuk, asistensi kita ikut, whistle blower kita masuk, laporan pajak, laporan kekayaan.
Pokoknya sistemnya kita ikutin deh. Supaya budaya itu terbentuk mulai dari
sistemnya dahulu.
Mengapa BPMIGAS
tertarik menonton film ini?
Karena kita ingin kepercayaan pemerintah yang besar sekali
kepada industri ini untuk mengelola penyumbang terbesar kedua di negara. Jadi
kita punya tanggung-jawab yang sama. Jangan sampai sudah dipercaya kemudian
bobrok. Janganlah mentalnya bobrok. Do the best aja, walau dilihat orang aneh.
0 komentar:
Posting Komentar