Saatnya Masyarakat Beri Sanksi Sosial

Pemutaran Film Kita versus Korupsi (KvsK) di Freedom Institute, Jakarta, Kamis (5/4) lalu meninggalkan kesan mendalam bagi sekitar 50 penonton dari kalangan mahasiswa, Non-Governmental Organizaion (NGO) dan wartawan.

Dari serangkaian empat film pendek masing-masing berdurasi 30 menit ini, ternyata film berjudul Selamat Siang Risa! karya sutradara Ine Febrianti jadi favorit. Tiga judul lainnya yaitu Rumah Perkara karya Emil Heradi, Psssttt...Jangan Bilang Siapa-Siapa karya Chairun Nissa, dan Aku Padamu karya Lasja F. Susatyo.

”Filmnya bagus dan pemainnya juga tidak kalah menarik seperti Nicholas Saputra,”kata Risda, usai menonton film KvsK.

Lain lagi bagi Benny, pria asal Jakarta ini lebih menyukai film Aku Padamu dan Selamat Siang Risa! Film yang kedua mengingatkan Benny pada kisah seorang temannya yang frustasi karena ayahnya korupsi.

Usai pemutaran film, acara dilanjutkan diskusi dengan tema Kita vs Korupsi dengan narasumber Manager Anti Corruption Information Centre Ilham B Saenong. Diskusi berjalan dengan sangat aktif, hampir semua peserta terlibat dari diskusi, entah bertanya, protes maupun memberi masukan terhadap film KvsK itu sendiri.

Ilham memaparkan bahwa beberapa cerita film KvsK merupakan kejadian nyata yang dialami sendiri oleh sang sutradara.

Film ketiga berjudul Selamat Siang Rissa misalnya, merupakan kejadian nyata yang dialami oleh ayah Ine Febriyanti sendiri. Begitu pula dengan film keempat berjudul Sssttt Jangan Bilang Siapa Siapa merupakan pengalaman sang sutradara ketika di bangku SMU dimana murid dipaksa membeli buku dari gurunya.

Menurut Ilham, situasi korupsi di sekolah harus dibicarakan. Sebab persoalan korupsi merupakan persoalan struktural dan jika hanya mengandalkan hukum saja maka yang terjadi akan seperti sekarang, koruptor hanya dihukum 2 tahun penjara. ”Sudah saatnya masyarakat memberi hukuman sosial agar sedikit demi sedikit ruang gerak koruptor terbatasi,”tegasnya. (SS/RSD)