Praktek korupsi di Indonesia sudah sangat masif. Bagaikan
virus, wabah korupsi menyebar ke seluruh elemen masyarakat. Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad mengajak masyarakat untuk melawan wabah korupsi yang sedemikian
besar ini. “Untuk melawannya, kita juga harus menyebarkan virus
anti korupsi,” kata Abraham dalam diskusi usai pemutaran film Kita versus
Korupsi (KvsK) di Pusat Kebudayaan @america, Pasific Place, Jakarta, Rabu
(25/4).
Acara ini diselenggarakan oleh Soegeng Sarjadi School of
Government (SSSG) dan dihadiri 215 penonton diantaranya mahasiswa, perwakilan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi kepemudaan, media dan masyarakat
umum.
Selain Abraham, diskusi yang dipandu oleh aktivis demokrasi Fajroel
Rahman ini menghadirkan nara sumber Sekretaris Jenderal (Sekjen) Transparency
International Indonesia (TII) Teten Masduki, sutradara Ine Febriyanti, dan
pemain film Medina Kamil.
Menurut Abraham, film merupakan salah satu media efektif untuk
menyampaikan pesan kepada masyarakat luas. “Film memiliki pesan kuat dan mudah
dicerna. Film ini wajib disebarkan ke seluruh elemen masyarakat,” ujarnya.
Ia berharap generasi muda di masa datang tidak lagi mengenal
korupsi.
Dalam kesempatan ini Teten juga mengakui dampak positif
film. Meskipun sudah 13 tahun sejak dirinya menjadi Koordinator Indonesia
Corruption Watch (ICW) telah mengajak masyarakat melawan korupsi. Namun baru
melalui film dampaknya besar. Menurut Teten, film KvsK sampai kini sudah
ditonton sekitar 16.000 orang dari berbagai kalangan masyarakat.
“Dan kami akan terus melakukan roadshow ke berbagai kota di
Indonesia,”jelasnya.
Sementara Ine lebih menyorot korupsi dari segi pengalaman
pribadi. Ia mengaku sudah muak dan bahkan apatis dengan kasus-kasus korupsi di
Indonesia. Sampai-sampai perempuan kelahiran Semarang, 18 Februari 1976 ini
langsung mematikan televisi jika ada berita korupsi yang sedang ditayangkan.
Ine terkejut ketika dirinya mendapat tawaran untuk menjadi
salah satu sutradara film KvsK. “Surprise dan bingung karena harus mulai dari
mana karena saya udah males banget sama korupsi,”ungkapnya.
Namun Ine menggunakan kesempatan tersebut sebagai pemicu
pembuatan film. Melalui kisah nyata yang terjadi di keluarganya, Ine berhasil
mengangkat film berjudul Selamat Siang Risa. “Saya gunakan kebencian saya
sebagai bahan bakar untuk membuat film melawan korupsi,”kata Ine. (RSD)
0 komentar:
Posting Komentar